Rabu, 02 Maret 2016

SURAT CINTA BUNGA

Buat lo para cowok, pernah nggak lo ngalamin ada cewek, cakep, ngungkapin perasaannya ke elo??? Iya, jadi selama ini lo juga cukup naksir dia, dia tipe lo banget, orangnya seru, nyenengin, yah bayangin aja yang perfect-perfect gitu. Bayangin kalau dia ngungkapin perasaannya men!

Gue kira itu jarang banget! Mungkin ibarat kata seribu satu men. Dari seribu orang cuma ada satu yang berani gitu. Lo belum pernah ngalami?

Haha. Kasian...

Kejadian langka itulah yang baru aja gue alami. Kemarin malem gue dapet surat cinta. Weisshh... Nggak percaya? Nih gue bacain :
-------
Untuk sebuah rasa, aku bisa terjatuh kapan saja di hatimu, tanpa alasan. Atau barangkali kamu tanpa sadar memang telah berdiam dalam hatiku. Entah, karena ketika menyebut namamu adalah saat-saat aku merasa nyaman bersama hangat.

Orang bijak berkata, cinta datang karena seringnya sebuah temu. Lantas, apalah arti rasa ini? Tak pantaskah disebut cinta?

Aku tahu, bahkan sangat tahu, waktu masih saja memenjarakan temu antara kita. Gravitasi bumi seakan tidak mengaktifkan gaya tarik-menariknya. Jarak terbentang bebas seolah mengejek, seakan berkata, "Kau tidak pantas memiliki rasa itu".

Ah... Inilah saat-saat dimana kumerasa hidup tak lagi berpelangi. Rinduku hanya mampu dibilas melalui pesan tak bersuara. Tapi... Cukuplah itu daripada tidak sama sekali.

Dulu, tanpa  kutunggu pun pesanmu telah datang bersama sapa hangatmu. Kini, sekalipun kumenunggu hingga gelap berganti terang, kemudian pekat itu datang lagi, seolah semua yang di bumi mulai memberitahuku, bahwa hatimu memang tidak serupa hatiku.

Hati yang terlalu bodoh karena telah jatuh dalam peluk orang, yang bahkan sekali pun, belum pernah tersenyum padaku. Walau kuharap, senyum dalam potret itu, akan bergerak secara alami yang kemudian mencairkan bekunya hati karena rindu, kelak.

Tapi, kapankah kelak itu datang, Ken?
-------
Lo boleh percaya boleh enggak, itu gue copas asli dari sumbernya tanpa perubahan sedikitpun. Hoho, keren nggak? Ya gue rasa kalau gue sombong dikit nggak masalah donk. Dikirimin ungkapan yang begono indahnye, yang tersusun dalam kata-kata begitu syahdu, cowok mana yang nggak ayanen coba. Mendadak gue kejang. Mulut gue berbusa busa di malam buta.

Gue kasih tau satu hal, dia seorang penulis men! Yah, lo bisa tahu itu dari diksinya. Asumsi gue, seharusnya dia udah punya sebuah novel. Bukan sebuah, tapi berbuah-buah.

Sebutlah namanya Bunga, mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling. Emmh, tipe gue banget nih. Pakar polah tingkahnya anak-anak sekolah! Murid-murid aja dibimbing kalau menyimpang, apalagi nanti pendamping hidupnya. Ciyehhh!

Kita kenal udah lama, tapi belom pernah ketemu. Kita sama-sama suka nulis, sama-sama suka puisi, sama-sama suka hal lucu, dan satu lagi yang paling penting. Kaos kaki kita sama-sama bau.

Dia tinggal jauh dari gue. Beda pulau. Gue sekarang kan di Pulau Kalimantan, sedangkan dia di Pulau Impian.

Enggak-enggak. Dia bukan khayalan kok. Asli. Bisa dilihat, meskipun belum bisa diraba apalagi diterawang. Pulau tempat dia tinggal adalah pulau besar di sekitar pulau gue. Coba tebak sendiri. Bisa sebelah Timur, bisa Barat, bisa juga Selatan. Hayoo mana?

Nggak paham? Ooow pasti lo waktu SD pas pelajaran IPS suka tidur! Udaahh ngaku aja. Udah tidur, pake ngiler lagi. Disuruh merhatiin guru lagi nerangin tentang pulau, di atas meja lo malah bikin pulau sendiri. Luas lagi!

Sana nyari peta dulu. Kalau nggak ada tanya sama Dora, mungkin diumpetin biar nggak dicuri Swiper.

Oh iya. Satu hal yang membuat gue agak ragu. Tulisan yang gue sebut surat cinta tadi itu bercanda atau serius yak?

Plakkk!

Masalahnya selama ini kita kalau bbm-an itu pasti bercanda mulu bawaannya. Nggak pernah nggak ketawa. Bahkan gue yakin kata haha atau hehe atau hoho yang pernah kita ketik itu, kalau digabungin, disambung-sambungin, panjangnya bisa jadi jembatan sampai ke Planet Mars!

Lo yang cowok mungkin bilang gini dalam hati, goblok banget lo Ken, dia itu beneran suka kamu. Udaaah sikatt aja dahh!

Sikat gundulmu le! Emang dia dinding wc apa gue sikat. Nggak, maksud gue emang gue kayak lo apa yang mikirnya pendek. Asal cakep, asal suka, main sikat aja. Ada banyak hal yang musti gue pertimbangkan men!

Weisshh... Bahasa gue beneran udah kayak orang dah!

Emang kemarin lo bukan orang?

Bukan. Kemarin monyet. Sekarang proses evolusi gue baru aja kelar.

Emmm, gini. Gue kalau disuruh pacaran itu musti berpikir dua ribu kali men. Pacaran? Berkali-kali gue pernah pacaran, dan ujung-ujungnya pasti sama. Putus! Perpisahan terlalu menyakitkan bagi gue. Gue bertanya-tanya sendiri, kenapa bisa putus ya? Karena nggak cocok, kata kebanyakan orang. Tapi gue nggak percaya. Gue yakin alasan paling tepat kenapa bisa putus adalah karena pacaran itu ikatan yang nggak mengikat.

Ikatan tapi nggak mengikat? Yah, kalah sama ikat pinggang dong. Ikat pinggang itu bisa mencegah kemerosotan moral pemuda-pemudi bangsa. Coba aja, kalau  ikat pinggang lo kendor sementara celana lo juga kedodoran. Melorot nggak celana lo? Kalau pas lagi di jalan, merosot nggak moral lo?

Besok-besok pasti diinget-inget orang. Ya emang secara popularitas rating lo agak naik sih. Orang-orang mengingat dengan lekat di benak mereka, oh itu si Budi yang kemarin pernah kelihatan dalemannya gambar gozilla. Oh, itu si Ani yang pernah...

Ah sudahlah.

So, hanya menikahlah ikatan yang paling mengikat. Jadi kalau gue tahu ada orang yang baru pacaran aja udah manggil mamah papah-ayah bunda, itu rasanya geli banget kuping gue. Yang udah nikah aja kadang cuma manggil bapak mamak, bapak ibuk, lhah elu tong?? Pikiran gue sering negatif. Gue ragu jangan-jangan mereka itu nggak cuma hobi sepiring berdua tapi juga se sepiring-bed berdua!

Parah.

Gue teringat sebuah ungkapan penyair klasik, ikatlah dua ekor merpati, maka mereka tak akan pernah bisa terbang kendati sadar memiliki empat sayap.

Apa artinya? Agar bisa bersama dengan tenang, menyatukan dua ekor burung bukanlah dengan cara diikat. Inget itu burung men bukan kebo.

Agar bisa bersama dengan tenang, menyatukan dua orang sejoli bukanlah dengan pacaran. Inget itu manusia men bukan kambing.

Gue belum siap berumah tangga. Jadi presiden Mumetnesia aja mumet kepala gue, apalagi presiden rumah tangga.

Akhirnya surat cinta Bunga hanya akan gue simpen. Nggak di hape, laptop, apalagi flashdisk. Pasti hilang entar. Ini kan surat berharga banget. Saking berharganya nih ya, kalau lo punya surat tanah mau lo tuker sama ini, emmhhh.... Nggak bakal.

Nggak bakal gue tahan. Langsung deal! Mana sini surat tanah lo! 

Untuk Bunga, gue sampaikan apa yang pengen gue sampaikan sama elo lewat tulisan ini. Sebab kalau lewat bbm, kita nggak akan saling percaya karena yang paling sering di antara kita adalah canda.

Gue nggak tahu "surat cinta" lo itu serius atau cuma sekedar kata-kata. Tapi seandainya itu benar, gue juga suka kok. Sama tulisan lo, dan sama lo juga. Gue suka kelucuan lo, ke-filosofis-an lo, ke-puitis-an lo, kerenyahan kata-kata lo, yang kalau itu biskuit setoples pasti udah gue kunyah abis.

Tapi satu. Lo tahu kan gue nggak pengen pacaran. Bunga, kita adalah merpati bung, bukan kebo. Oh salah. Kita manusia ya?

Apa? Surat cinta itu cuma candaan semata? Tak apa. Setidaknya gue bisa merasakan keindahan rasa dan makna yang terangkum dalam kata meski hanya dalam candaan semata.

Bunga, sepertinya pembaca semakin penasaran siapa sih elo? Bung, haruskah gue sampaikan ke pembaca nama asli lo biar dunia tahu siapa lo. Haruskah Bung?

Haruskah gue jujur aja ke pembaca kalau ternyata nama lo adalah Bung Anton???

Gubrakkkk!!!! Glontyangg!!!! Pranggg!!!!

Oke. Itu tadi namanya ending ya. Kalau Endang itu tetangga gue yang kemarin kepleset di pinggir got.

Sekarang kesimpulan ada di tangan lo semua, guys. Yang bener awal atau endingnya. Kalau yang bener awal, berarti endingnya ngaco. Tapi kalau yang bener endingnya, maka serangkaian kisah ini adalah untuk mengacaukan perasaan lo semua.

Hmmm. Membingungkan emang berhadapan dengan penulis macam gue.

Tapi satu hal penting yang perlu lo ingat. Tetap ada pelajaran moral yang bisa lo petik dari kisah gue dengan Bunga, jika lo percaya kisah ini nyata. Masalah burung dan kebo tadi. Jadi gini. Kita itu musti bersyukur ya, karena hewan yang terbang di langit itu cuma dari jenis burung-burungan, bukan jenis kebo atau sapi-sapian. Karena Tuhan tahu betul ngebersihin atap rumah dari tai kebo tiap hari itu melelahkan.

Gue Ken Patih, selamat malam.


PENULIS KAMPRET!

 Sumber gambar : http://1cak.com/703544

Emmm, jujur baru-baru ini gue mengalami jatuh cinta. Slow aja, nggak usah pakai ciyee ciyee segala. Orang jatuh lo ciye-ciyein. Coba kalau pas lagi nongkrong tiba-tiba di depan lo ada orang jatuh dari motor, masa lo ciye-ciyein?

Dilempar motor kapok lo...

Menurut gue, cinta itu seperti burung kakak tua ya, yang bisa hinggap dimana saja bahkan di jendela. Dan cinta itu bukan seperti nenek sudah tua yang giginya tinggal dua, yang begitu rapuh bahkan sama kerupuk. Cinta itu nggak pernah rapuh. gaes. Yang rapuh adalah manusianya yang nggak sanggup menahan besarnya cinta.

Uhhukk!!

Cinta itu seperti burung kakak tua yang hinggap di jendela dan nenek sudah tua giginya tinggal dua. Kadang nggak nyambung dan susah dimengerti. Coba bayangin, apa korelasi antara burung kakak tua dan nenek yang udah tua? Apalagi giginya nenek tinggal dua. Apakah kalau si burung nggak hinggap di jendela terus giginya nenek nggak tinggal dua gitu? Tiga misalnya, atau lima, atau sepuluh? Nggak nyambung banget kan?

Tetapi cinta tetaplah cinta. Cinta itu indah. Keindahan cinta justru bisa kita ibaratkan seperti burung dan nenek tadi. Buktinya, waktu masih kecil lo suka banget kan nyanyiin lagu itu meski nggak sadar antara burung dan nenek nggak ada keterkaitan. Gue kasih tahu, faktor keindahannya terletak pada sajak a-a-a-a yang sama di belakangnya.

Ketika sudah besar lo pun suka banget main cinta-cintaan meski belum tahu esensinya. Kenapa? Karena indah men! Gue kasih tahu, faktor keindahannya terletak pada getar yang sama di hati kalian berdua.

Weishh... Yess! Akhirnya gue bisa so sweet juga setelah makan gula tiga kilo tadi sore.

Oke, lupakan sejenak tentang jatuh cinta. Lo nggak usah kepo apakah gue akhirnya jadian sama si dia. Nggak usah. Jawabnya udah pasti enggak. Apakah gue takut mengungkapkan rasa? Bukan men, bukan. Rasa takut gue untuk mengungkapkan rasa nggak sebesar rasa takut gue akan kehilangan dia. Berkali-kali putus mengajarkan gue bahwa pacaran itu adalah bingkai terrapuh untuk menyatukan dua hati.

Tahu Pidi Baiq? Iya itu tetangga gue, dia mengatakan bahwa tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena berpisah, bisa karena menikah. Jadi, karena gue belum siap menikah, tahu kan jalan terakhirnya apa?

Iya. kawin lari. Larinya lari maraton. Pas nyampe finish balik lagi. Kenapa? Tongkat estafetnya ketinggalan.

Meskipun belum pernah nikah, gue kadang mikir rumah tangga itu kayak sebuah negara. Jadi, peran ayah  mirip banget kayak presiden. Dan ibu? Tentu saja wakil presiden.

Jangan bilang peran ibu kayak menteri ya, soalnya menteri itu ada banyak dan bisa digonta-ganti. Lo nggak mau kan sebagai cewek nanti suami lo istrinya segambreng? Apalagi kalau kabinet rumah tangga lo adalah kabinet kerja Joko-wow. Suami lo istrinya bisa 34 termasuk elo! Itu belum kalau dia pengen nambah lagi karena ada beberapa yang terbukti menyandang daftar merah dan terpaksa diberhentikan.

Saran gue, sebaiknya nanti kalau abis nikahan jangan namai kabinet rumah tangga lo dengan kabinet kerja ya. Soalnya bersih-bersih rumah itu capek. Belom kalau punya anak. Yahh... namai kabinet holiday kek, atau kabinet selow, atau apa gitu.

Kabinet holiday, berarti liburan terus. Tiap hari berasa hari Minggu. Suami pulang kerja liat meja makan nggak ada apa-apa, yaudah santai aja. Anggap aja lagi di pantai. Kan hari libur. Gelar tikar, tiduran, dan buka baju.

Sambil nyemilin meja.

Kabinet selow, gerakan di rumah seakan disetting slow motion mulu. Mau nampar suami yang selingkuh, gerakannya lambat banget. Tangannya melayang sekarang, sejam lagi baru kedengaran suaranya. Plakk! Slow banget.

Tapi enaknya kalau pas kentut. Kentutnya sekarang, sejam lagi baru kecium baunya. 

Atau... Gimana kalau kabinet happy ending aja? Yaaa, dengan harapan berakhir dengan bahagia kayak drama korea favorit wanita. Happy ending, habis happy-happy terus ending. Rumah tangganya yang ending. Bubar!

Bicara rumah tangga mulu, sebenarnya gue masih lama kok rencana akan nikah. Jujur gue sekarang masih jomblo.

Eh, lo jangan ngeledekin jomblo ya. Lo para cewek aja kalau lihat gue pasti ngakunya jomblo.

Rencananya, gue pengen sukses dulu jadi penulis sebelum nikah. Iya cita-cita gue sejak SMA emang pengen jadi penulis. 

Ngomongin penulis, hal yang paling bikin sebel penulis itu adalah kalau kehilangan data. Jadi udah ngetik capek-capek, tinggal nekan Ctrl + S atau tombol save, lo tau kan, eh malah listrik mati. Itu kalau ngetiknya di komputer tanpa UPS.

Buat yang ngetik di laptop, udah capek-capek ngetik, disimpen di flashdisk, eh flashdisknya hilang. Atau disimpen di laptop eh laptopnya error. Mau service di toko komputer eh karyawannya malah sang mantan. Dikuat-kuatin kesana demi laptop, eh malah mantan ngajak balikan. Laptop beres siap ngelanjutin naskah, eh bayangan si mantan menghantui. Bayangan mantan hilang, eh laptop error lagi.

Yah begitulah suka duka penulis.

Penulis juga identik dengan malam. Julukan yang pas adalah penulis kampret. Maksud gue bukan muka lo kayak kampret, bukan. Maksud gue kalau malam penulis itu biasanya banyak begadang. Tapi cuma buat nulis bukan buat gelantungan di pohon.

Kayak yang gue lakukan malem-malem gini. Gue biasa tidur jam dua belas kadang lebih. Kopi adalah teman biasa gue. Biar nggak ngantuk gue bikin kopi panas. Kadang kalau stok gula dan kopi gue abis, gue rela-relain keluar nyari kopi panas. Kalau ternyata masih ngantuk, gue ganti nyari film panas.

Enggak enggak.

Tengah malem itu adalah saat-saat dimana puncak moment mistis berlangsung. Keadaannya hening mencekam. Inspirasi banyak datang sih. Tapi pernah ada kejadian, gue denger suara kuku tajam garuk-garuk jendela luar kamar gue. Tapi gue nggak takut. Gue teriakin, woyy codot perlihatkan wujud lo kalau berani! Jangan garuk-garuk jendela mulu! Emang jendela gatel apa lo garukin!!

Abis itu keadaan menjadi senyap lagi. Karena penasaran gue buka jendela kamar. Gue terkejut melihat om gendruwo ganti garuk-garuk pantatnya. 

Pantesan asik. Dan tanpa suara.

Gue Ken Patih, selamat malam.

Selasa, 01 Maret 2016

33,5 (TIGAPULUH TIGA SETENGAH) FAKTA UNIK TENTANG KEN PATIH

1. Nama KTP : *Bippp* (Sensor).

2. Berdarah Jawa murni, asli-sli tanpa bahan pengawet. Tetapi Lahir di Sintang, Kalimantan Barat.

3. Lahir pada tanggal 11 Januari, yang kemudian menginspirasi Arman Maulana Gigi untuk menciptakan lagu. Jadi lagu itu sebenarnya buat gue. #Wkwkwk #GRmodeOn

4. Nama pena : Rey Elfariqy, Ken Riki, Ken Patih Adichandra (Seharusnya cuma dua, tapi gara-gara Arkand Bodhana gue harus rela membuang dua nama pena pertama dan memilih yang ketiga).

5. Nama populer : Ken Patih

6. President of Republic Mumetnesia.

7. Calon cover boy buku best seller (Buku Yasin). Wkwkwk.

8. Hoby : membaca apa aja (buku, web, situasi rumah korban--ala maling), nulis di hape, main musik, nyanyi, jogging di dalam rumah, merhatiin aktivitas kucing, bertapa (di WC), ngomong sama cermin, menggambar komik sendiri.

9. Passion : menulis buku non-fiksi bergenre motivasi dan humor

10. Makanan favorit : onde-onde, martabak kacang, bubur kadal ijo, eh bubur kacang ijo.

11. Minuman favorit : susu, wedang ronde.

12. Warna favorit : cokelat.

13. Paling suka sama : panda dan kucing.

14. Paling takut sama : ulat bulu, cewek yang kentutnya keras.

15. Penulis favorit : Andrea Hirata, Raditya Dika, AS. Laksana, Asma Nadia, Isa Alamsyah, Bang Syaiha.

16. Comic favorit : Raditya Dika, Dodit, Arie Kriting, Bintang Bete, Cak Lontong.

17. Actor favorit : Jackie Chan, Jet Li.

18. Musisi/ Band favorit : Kak Noe (Letto), NOAH

19. Boz favorit : Mark Zuckerberg.

20. Tokoh favorit : Albert Einstein, Thomas Alva Edison, Arkand Bodhana Zeshaprajna.

21. Acara TV favorit : Stand Up Comedy, OVJ, Kick Andy, Mata Najwa, audisi Indonesian Idol (audisinya doang).

22. Pernah jadi devisi non-fiksi di FLP (Forum Lingkar Pena) Pati.

23. Pernah nerbitin buku cerpen antologi bersama"Merpati Putih", "Sepasang Kembang Mayang", dan kumpulan puisi sumpah pemuda (gue lupa judulnya karena buku itu nggak gue ambil dari penerbit).

24. Pernah jadi ketua OSIS waktu SMA, (gue juga nggak tau kenapa anak-anak pada milih gue).

25. Sampai kelas 1 SMA, belum juga tahu cita-cita (belum tahu pengen jadi apa kalau besar nanti). Tetapi sejak tahu dari tipi bahwa semua bisa jadi macan, maka gue pun bercita-cita jadi macan juga.

26. Di usia yang keduapuluh satu, udah pernah menginjakkan kaki di lebih dari tiga belas kota di Indonesia.

27. Impian yang belom tercapai : meluk panda, nerbitin Coolspirasi.

28. Password semua akun sama. Yang tau bisa kaya (kaya monyet).

29. Pernah NYARIS dua kali pacaran sama cowok. Serius!! (Tapi tenang, baru nyaris kok).

30. Pernah jadi backpacker, ngamen, dan korban human traficking. Suerrr!!

31. Menyukai data statistik (yang ini agak aneh memang, tapi serius beneran).

32. Mengidap sindrom kepoamat (punya rasa penasaran yang tuinggi syekalii kalau lagi kumat).

33. Bisa bertahan seharian di depan tank top, eh laptop, tanpa makan, tanpa mandi, dan tanpa tidur ketika lagi kesurupan inspirasi.